Jumat, 31 Desember 2010

Perda Perlindungan Anak & Perempuan Disahkan 2010

JAKARTA - Guna melindungi perempuan dan anak, Pemprov DKI akan mengajukan rancangan peraturan daerah (raperda) perlindungan anak dan perempuan. Rencananya perda ini disahkan pada pertengahan 2010.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta Wien Ritola Tasmaya mengatakan, draf raperda tentang perlindungan perempuan dan anak telah melewati kajian akademis dan sudah diserahkan ke Biro Hukum dan Biro Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta sejak 2008.

Katanya, raperda ini penting sebagai lanjutan dari berbagai undang-undang yang telah dibuat. Di antaranya, UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Korban, serta UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

"Perda ini sebagai implementasi dari UU itu sehingga payung hukumnya kuat," jelasnya pada evaluasi jaringan kerjasama P2TP2A dengan Instansi DKI Jakarta di Balaikota, Jakarta, Kamis (9/7/2009).

DKI harus secepatnya membuat perda ini karena beberapa kota di Indonesia sudah mensahkan perda perlindungan perempuan dan anak seperti Provinsi Riau, Banten, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.
"Perempuan dan anak memiliki hak yang harus dipenuhi oleh pemerintah, masyarakat, organisasi, dan pemprov," jelasnya.

Rancangan ini sudah diajukan ke Biro Kesejahteraan Sosial dan Biro Hukum sehingga drafnya sudah ada di dewan pada awal 2010 dan bisa disahkan pada pertengahan 2010.


sumber : http://news.okezone.com/read/2009/07/09/1/237348/perda-perlindungan-anak-perempuan-disahkan-2010

NASIB BURUH YANG TERLUPAKAN

(Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Desa)

Salah satu yang sering ditanyakan kepada Serikat Pekerja/Serikat Buruh ketika sedang melakukan audiensi dengan kalangan eksekutif dan legislatif di Kabupaten Serang adalah; mengapa setiap permasalahan ketenagakerjaan selalu muncul dari Serang wilayah Timur, (Jawilan, Cikande, Kibin) dan jarang sekali muncul dari Serang wilayah Barat (Bojonegara, Anyer, dan sekitarnya)? Benarkah dampak kebijakan fleksibilisasi pasar kerja yang ditandai dengan maraknya buruh kontrak, outsourcing dan upah murah lebih bersikap kasuistis?

Untuk memastikan kondisi hubungan industrial di daerah Bojonegara dan Anyer, FSBS melakukan pendataan di daerah tersebut. Sepintas, memang hubungan industrial di wilayah tersebut seperti tidak bermasalah. Tidak ada pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Tidak ada eksploitasi terhadap buruh. Ukurannya sangat mudah, jarang sekali terdengar ada laporan perselisihan hubungan industrial dari daerah ini.

Benarkah demikian?

Gambaran Umum

Secara umum, Bojonegara didominasi perusahaan multinasional dan padat modal. Upah buruh di perusahaan-perusahaan tersebut (sedikit) lebih baik dari perusahaan lain pada umumnya. Selain kimia, jenis idustri lain yang berada di daerah ini adalah sektor logam, energi, dsb.


Lain di Bojonegara, lain pula di Anyer. Sebagai kawasan wisata, buruh di Anyer mayoritas berada di sektor pariwisata dan perhotelan. Selain itu, kita juga akan menemui perusahaan yang beroperasi di bidang perikanan (PT. Triwindu Graha Manunggal).

Jarak yang relatif jauh dengan pusat kekuasaan (Pemda, DPRD, dan Disnaker), membuat informasi ketenagakerjaan yang didapat buruh di wilayah ini relatif lebih lambat. Disamping itu, tersebarnya sentra-sentra industri di wilayah ini juga berkonstribusi memperlemah komunikasi buruh di antar perusahaan. Karena tidak terjalin kebersamaan, akibatnya mereka cenderung tidak terorganisir.

Bentuk-bentuk Fleksibilisasi Pasar Kerja


1. Fleksibilisasi yang terkait dengan organisasi produksi.
Fleksibilisasi dalam bentuk ini terlihat dengan banyaknya buruh kontrak, outsourcing, borongan, dan harian lepas. Berbicara penggunaan buruh kontrak, outsourcing, borongan dan harian lepas mungkin bukan hal yang baru. Begitu juga dengan yang terjadi di Bojonegara dan Anyer. Informalisasi sektor formal, berada dalam level yang sedemikian mengkhawatirkan.

Pasca lahirnya UU No.13 Tahun 2003, hubungan industrial dilihat dari sisi hubungan kerja jelas-jelas mengalami degradasi atau penurunan kwalitas. Begitu juga yang terjadi diperusahaan saya, dimana dulunya system rekrutmen tenaga kerja melalui seleksi yang sangat ketat dan berorentasi pada status hubungan kerja tetap melalui masa percobaan. Tetapi setelah pertengahan tahun 2004 sistem rekrutmen tenaga kerja diperusahaan saya jadi tidak jelas. Awalnya sih melalui system tenaga kerja kontrak dengan dalih perusahaan ingin mencari tenaga kerja yang benar-benar berkwalitas, tetapi sekarang justru perusahaan lebih suka memakai tenaga kerja dari yayasan Outsorcing seperti Koperasi. Ada juga jasa tenaga kerja yang dikelola oleh orang dalam perusahaan. Manager dan Kepala Bagian , dan hal tersebut telah menjadi sesuatu yang biasa dan seolah-olah bukan merupakan bentuk pelanggaran.
Sumber: FGD dengan buruh Bojonegara
Nampaknya, informalisasi sektor formal dalam hubungan kerja menjadi fakta yang tak terbantahkan. Status kerja menjadi tidak jelas. Seperti industri rumahan, buruh bisa bekerja dan dikeluarkan hari itu juga.


2. Fleksibilisasi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan buruh.
Kondisi ini terlihat dari adanya tuntutan kepada buruh untuk menyesuaikan tugas atau pekerjaan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Dalam hal ini, buruh harus mengerjakan lebih banyak dari yang seharusnya mereka kerjakan. Rangkap tugas dan jabatan. Dan ini tidak selalu dibarengi dengan kenaikan upah.
Sistem ini juga berdampak pada fleksibelnya jam kerja. Sebab ketika buruh tidak berhasil menyelesaikan pekerjaanya sesuai dengan jam normal, ia harus melanjutkan pekerjaannya, tanpa dibayar lembur.
Bagi buruh di sektor Pariwisata dan Perhotelan, kondisi ini lebih memprihatinkan. Buruh yang tidak dilaporkan, bahkan jumlahnya jauh lebih banyak. Mereka pada umumnya buruh panggilan. Kalau ada pekerjaan ya dipanggil masuk kerja, kalau tidak ada ya dirumahkan. Ketidakjelasan nasib dan status menghantui mereka, entah sampai kapan.

3. Fleksibilisasi yang terkait dengan upah.
Upah yang diperoleh buruh dibebaskan dari berbagai tunjangan yang semestinya diperoleh buruh. Bukan hanya soal tunjangan, untuk kasus-kasus tertentu, juga ditemukan buruh yang upahnya masih dibawah upah minimum Kab. Serang.
Pengelompokan buruh di Serang wilayah Barat sangat terlihat. Disatu sisi, ada buruh dengan status permanent, bekerja di perusahaan multinasional dengan tingkat upah dan tunjangan yang relatif tinggi. Namun disatu sisi, ada juga buruh yang upah dan tunjangannya pun ketika digabung tidak lebih dari nilai UMK. Perbandingan ini akan semakin kontras ketika disandingkan dengan kondisi buruh-buruh yang bekerja di daerah Anyer.
Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat didalam memandang pekerjaan sebagai status sosial. Dimana dulunya mayoritas masyarakat disana mata pencaharian adalah sebagai nelayan, petani dan pedagang tetapi sekarang masyarakat (generasi muda) lebih suka bekerja pada sector riil (pekerja pabrikan) sehingga fenomena ini dimanfaatkan oleh pihak pengusaha untuk mencari tenaga kerja yang murah tapi berkwalitas dan ini didukung oleh regulasi yang dibuat pemerintah.
Sumber: FGD dengan buruh Bojonegara

Sekilas Potret ‘Ketidakberdayaan Buruh’
Potret ketidakberdayaan buruh menghadapi badai LMF di Serang Barat menghasilkan sebuah gambar yang kompleks. Ketidakberdayaan buruh terhadap permasalahan LMF juga terkait dengan masalah sosial. Dimana kebutuhan hidup tidak bisa diajak kompromi, belum lagi antara kesempatan kerja dan lapangan kerja tidak seimbang. Sulitnya mendapat pekerjaan, juga membuat seseorang tidak memperdulikan lagi hubungan kerjanya.
Bila ditanya, kenapa mau bekerja tanpa status yang nggak jelas masa depannya ? Jawabanya, “ah…. dari pada nganggur lebih baik kita kerja apa adanya. Yang penting, sampai saat ini kita bisa hidup, punya penghasilan. Daripada kita nuntut macam-macam, ujung-ujungnya kita nganggur lagi”
Sumber: FGD dengan buruh Bojonegara

Sikap apatis di atas semakin diperparah dengan lemahnya penegakan hukum. Seandainya fungsi pengawasan berjalan baik, Disnaker bekerja professional, setidak-tidaknya hal tersebut bisa dicegah. Atau minimal dikurangi. Namun kenyataannya, Disnaker terkesan tutup mata terhadap persoalan tersebut
Upaya Mengusik Kepedulian Buruh Bojonegara dan Anyer
Lima tahun sejak diundangkannya UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pelanggaran terhadap kaum buruh semakin menumpuk. Untuk itu perlu dipikirkan cara-cara mengurangi dampak buruk penerapan kebijakan fleksibilisasi pasar kerja dengan pendekatan yang kreatif, dengan menggunakan beragam strategi. Khususnya dalam tingkatan lokal.
Dalam konteks kebuntuan sekarang, perlu dipikirkan pendekatan yang majemuk untuk terus mendorong pengungkapan berbagai bentuk pelanggaran tersebut. Upaya-upaya ini tetap perlu didorong, misalnya dengan melakukan penguatan dan pemberdayaan teman-teman buruh di Serang Barat, agar berani mengungkap berbagai pelanggaran yang mereka alami.
Tetapi sebuah pendekatan majemuk berarti kita tidak hanya berharap bahwa Pemerintah akan melakukan langkah-langkah yang kredibel. Kita juga harus bekerja secara proaktif untuk menggunakan mekanisme yang ada. Misalnya, dengan mendesak Pemda untuk segera menyusun Peraturan Daerah (Perda) pembatasan buruh kontrak dan outsourcing.


Dalam kaitan dengan itu, FSBS mendesak dan merekomendasikan:

1. Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Serang perlu mengambil inisiatif untuk membuat Perda Pembatasan Buruh Kontrak dan Outsourcing, yang pada intinya memberikan perlindungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pekerja/buruh dan keluarganya).


2. Pemerintah Daerah Kabupaten (melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Serang), serius dalam memberantas dan menindaklanjuti segala bentuk penyimpangan dan penyelewengan terhadap peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, diantaranya yang terkait dengan penyelewengan penggunaan buruh kontrak dan outsourcing, penggelapan iuran jamsostek, pelanggaran kebebasan berserikat, mafia peradilan hubungan industrial, pelanggaran ketentuan pengupahan, dsb.


3. Senantiasa melibatkan elemen pekerja/buruh dalam upaya mencari solusi terhadap permasalahan ketenagakerjaan.


Teori Tentang Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Desa


http://suarasolidaritas.blogspot.com/2009/03/nasib-buruh-yang-terlupakancatatan-awal.html

Kamis, 30 Desember 2010

Nabiyullah Isa as Turun Di Akhir Zaman

Masih banyak muslim yang tidak tahu-menahu bahkan mengingkari bakal turunnya Nabiyullah Isa ’alaihissallam di Akhir Zaman. Sebagian karena menyangka bahwa hal ini merupakan keyakinan kaum Nasrani dan tidak ada hubungannya dengan ummat Islam. Sebagian lagi karena berdalil bahwa tidak bakal ada Nabi lagi yang diutus sesudah Nabi terakhir Nabiyullah Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam. Malah sebagian lagi meyakini bahwa Nabi Isa’alaihissallam telah wafat, bagaimana mungkin ia akan hidup kembali?

Padahal kalau kita rajin mempelajari hadits-hadits shohih dari Nabi Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam niscaya akan dijumpai begitu banyak keterangan mengenai bakal turunnya Nabi Isa ’alaihissallam di Akhir Zaman. Jadi, antara ummat Islam dan kaum Nasrani ada kemiripan dalam hal meyakini turunnya Isa as di Akhir Zaman. Namun sudah barang tentu sangat berbeda peranan yang bakal dilakoni olehnya menurut versi Islam dan Kristen. Bagi mereka, Yesus atau Isa as diyakini sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Sedangkan bagi kita Isa as adalah Nabiyullah yang akan membenarkan ajaran Nabi Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam. Ketika Nabi Isa ’alaihissallam turun kelak ia tidak akan membawa ajaran baru, apalagi menyebarkan ajaran Nasrani.

Nabiyullah Isa ’alaihissallam tidak terbunuh. Tetapi yang disalib dan dibunuh adalah orang lain yang diserupakan wajahnya dengan wajah Isa ’alaihissallam. Lalu kemana perginya Nabi Isa ’alaihissallam waktu itu, yakni sekitar 2000 tahun yang lalu? Beliau diangkat oleh Allah subhaanahu wa ta’aala ke sisi-Nya di langit. Persis sebagaimana Nabi Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam di-mi’raj-kan dahulu kala. Hanya bedanya bila Nabi Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam diberangkatkan ke langit di awal malam lalu kembali ke dunia pada malam itu juga menjelang waktu subuh, maka Nabi Isa ’alaihissallam di-mi’raj-kan ke langit 2000-an tahun yang lalu dan hingga sekarang masih ditahan di langit hingga waktunya Allah subhaanahu wa ta’aala akan menurunkannya kembali ke dunia menjelang Hari Kiamat.

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ

عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ

رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ

وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ

وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ

لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ

إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ

وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ

وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa [4] :157-158)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Nabi Muhammad shollallahu’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa ketika Nabi Isa ’alaihissallam kelak turun ke bumi ia akan menjalankan beberapa tugas mulia serta mengalami beberapa peristiwa, yaitu:

  1. Berjihad di jalan Allah subhaanahu wa ta’aala mengajak manusia memeluk agama Islam
  2. Menghancurkan salib
  3. Membunuh babi
  4. Membebaskan jizyah (pajak)
  5. Turut membinasakan semua agama selain Islam
  6. Membunuh Ad-Dajjal
  7. Tinggal di dunia selama empatpuluh tahun
  8. Meninggal dunia alias wafat
  9. Disholatkan oleh kaum Muslimin

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

قَالَ لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ

يَعْنِي عِيسَى وَإِنَّهُ نَازِلٌ

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَاعْرِفُوهُ

رَجُلٌ مَرْبُوعٌإِلَى الْحُمْرَةِ

وَالْبَيَاضِبَيْنَ مُمَصَّرَتَيْنِ

كَأَنَّ رَأْسَهُ يَقْطُرُ

وَإِنْ لَمْ يُصِبْهُ بَلَلٌ

فَيُقَاتِلُ النَّاسَ عَلَى الْإِسْلَامِ

فَيَدُقُّ الصَّلِيبَ

وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَوَيَضَعُ الْجِزْيَةَ

وَيُهْلِكُ اللَّهُ فِي زَمَانِهِ الْمِلَلَ

كُلَّهَا إِلَّا الْإِسْلَامَ

وَيُهْلِكُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ

فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً

ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ

Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid berkata, telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya dari Qatadah dari 'Abdurrahman bin Adam dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada Nabi antara aku dan dia -maksudnya Isa-. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi ataupun pendek), berkulit merah keputih-putihan, mengenakan kain berwarna kekuningan. Seakan rambut kepala menetes meski tidak basah. Ia akan (1) memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, ia (2) memecahkan salib, (3) membunuh babi dan (4) membebaskan jizyah (pajak). Pada masanya Allah akan (5) membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan (6) membunuh Dajjal, dan (7) akan tinggal di dunia selama empat puluh tahun. Setelah itu ia (8) meninggal dan (9) kaum muslimin menshalatinya." (ABUDAUD - 3766)


sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/nabiyullah-isa-as-turun-di-akhir-zaman.htm

Fitnah Dalam Kubur Menyerupai Fitnah Dajjal

Tidak banyak orang yang sadar bahwa kelak di dalam kubur setiap jenazah bakal mengalami fitnah (ujian) berat. Sedemikian beratnya fitnah itu sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkannya sebagai fitnah yang menyerupai fitnah Dajjal.

قَدْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي الْقُبُورِ قَرِيبًا مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan menghadapi ujian di dalam kubur kalian yang menyerupai ujian Ad-Dajjal." (NASAI - 2035)

Sebagaimana kita tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memperingatkan kita akan dahsyatnya fitnah Ad-Dajjal. Banyak hadits yang menyebutkannya.

مَا بَيْنَ آدَمَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمْرٌ أَكْبَرُ مِنْ الدَّجَّال

Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada perkara sejak diciptakannya Adam sampai Hari Kiamat yang lebih besar daripada Dajjal." (AHMAD - 15676)

مَا بُعِثَ نَبِيٌّ إِلَّا أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الْأَعْوَرَ الْكَذَّابَ أَلَا إِنَّهُ أَعْوَرُ

وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta sebelah dan pendusta, ketahuilah bahwasanya Dajjal itu buta sebelah, sedang rabb kalian tidak buta sebelah, tertulis diantara kedua matanya KAFIR." (BUKHARI - 6598)

Apakah ujian yang akan dialami setiap orang di dalam kuburnya sehingga Nabi shallallahu'alaihiwasallam menyatakan bahwa beratnya fitnah tersebut menyerupai beratnya fitnah Dajjal? Dalam sebuah hadits panjang pernah suatu ketika Nabi shallallahu'alaihiwasallam menjelaskan di hadapan para sahabat apa yang dialami jenazah mukmin di dalam kuburnya.

فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ

مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ

دِينِيَ الْإِسْلَامُفَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ

فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ

كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ

أَنْ صَدَقَ عَبْدِيفَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ

وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِقَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا

وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ

وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ

أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ لَهُ

مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ

الصَّالِحُفَيَقُولُ رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي

Nabi Muhammad shallallahu'alaihiwasallam bersabda: “Lantas roh (jenazah mukmin tersebut) dikembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya 'Siapa Rabbmu'. Ia menjawab 'Rabbku Allah'. Tanya keduanya "Apa din-mu (agamamu)? "Agamuku Islam." Jawabnya. Keduanya bertanya "Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini? Si mayit menjawab "Oh, dia Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam. Keduanya bertanya "darimana kamu tahu? Ia menjawab "Aku membaca kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya.” Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil "HambaKu benar, hamparkanlah surga baginya dan berilah pakaian surga, dan bukakanlah pintu baginya menuju surga”, Kata Nabi, maka hamba itu memperoleh bau harum dan wangi surga dan kuburannya diperluas sejauh mata memandang. Lantas ia didatangi oleh laki-laki berwajah tampan, pakaiannya indah, wanginya semerbak, dan malaikat itu berucap "Bergembiralah dengan kabar yang menggembirakanmu. Inilah hari yang dijanjikan unukmu.” Si mayit bertanya 'Lho, siapa kamu ini sebenarnya, rupanya wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kebaikan! Si laki-laki tampan menjawab “Ow, aku adalah amal solehmu”. Lantas hamba tadi meminta: "Ya Rabbku, tolong jadikan kiamat sekarang juga sehingga aku bisa kembali menemui keluargaku dan hartaku”. (AHMAD - 17803)

Kemudian sesudah itu Nabi shallallahu'alaihiwasallam menjelaskan secara kontras apa yang dialami jenazah kafir di dalam kuburnya.

فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ

مَنْ رَبُّكَفَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ

فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِيفَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي

بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي

فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ

وَافْتَحُوا لَهُبَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا

وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّىتَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ

قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِفَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي

يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ

مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ

أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ

Maka roh (jenazah kafir tersebut) dikembalikan dalam jasadnya. Kedua malaikat lantas mendatanginya dan mendudukkannya dan menginterogasi "Siapa Rabbmu? ia menajwab "Ah... ah... ah, saya tidak tahu...!” Kedua malaikat itu bertanya lagi "Apa din-mu (agamamu)? Ia menjawab "Ah... ah... ah, saya tidak tahu...!” kedua malaikat bertanya lagi "bagaimana tanggapanmu mengenai laki-laki ini yang diutus untuk kalian? Si mayit menjawab; "Ah... ah... ah, saya tidak tahu...!” Lantas ada Penyeru langit memanggil-manggil "ia betul-betul telah dusta! hamparkan baginya neraka!” Maka malaikat membuka pintu neraka baginya dan ia mendatanginya dengan segala panasnya dan letupannya. Sedang kuburannya menjepitnya hingga tulang-tulangnya remuk. Kemudian ia didatangi oleh laki-laki yang wajahnya menyeramkan, pakainnya lusuh, baunya busuk dan berujar; "Bergembiralah engkau dengan segala hal yang menyusahkanmu. Inilah harimu yang dijanjikan bagimu.” Lantas si mayyit bertanya "Siapa kamu dengan wajahmu yang sedemikian menyeramkan dan membawa keburukan ini?” Lantas si laki-laki menjawab: "aku adalah amal jahatmu”, Maka si mayyit berdoa "Ya Rabb ... Jangan kiamat kau jadikan sekarang!” (AHMAD - 17803)

اللَّهُمَّ إِنِّي أُنْزِلُ بِكَ حَاجَتِي وَإِنْ قَصُرَ رَأْيِي وَضَعُفَ عَمَلِي

افْتَقَرْتُ إِلَى رَحْمَتِكَ فَأَسْأَلُكَ يَا قَاضِيَ الْأُمُورِ

وَيَا شَافِيَ الصُّدُورِكَمَا تُجِيرُ بَيْنَ الْبُحُورِ

أَنْ تُجِيرَنِي مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ

وَمِنْ دَعْوَةِ الثُّبُورِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْقُبُورِ

Ya Allah kepadaMu aku sampaikan hajatku, walaupun terbatas penglihatanku, serta lemah amalanku. Aku butuh kepada rahmatMu, maka aku memohon kepadaMu wahai Dzat Yang Maha Mampu menyelesaikan segala perkara, wahai Dzat yang mengobati hatiku, sebagaimana Engkau melindungi diantara lautan aku mohon agar Engkau lindungi aku dari adzab Neraka Sa'ir, serta seruan kebinasaan, serta fitnah kubur.


sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/fitnah-dalam-kubur-menyerupai-fitnah-dajjal.htm

Siapakah Dan Apakah Dajjal?

Banyak orang dewasa ini yang sangat lalai memperhatikan soal Dajjal. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan ummatnya mengenai yang satu ini sebagai fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman. Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan bisa dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ

مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)

Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan bisa dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.

ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ

مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR Ahmad 22215)

Menariknya lagi, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan bahwa kemunculan Dajjal untuk menebar fitnah dan kekacauan justeru bakal terjadi ketika kebanyakan manusia awam telah lalai dan tidak peduli akan Dajjal. Sedemikian rupa sehingga bila ada yang membicarakan soal Dajjal, maka mereka cenderung mentertawakannya dan menganggapnya sekedar sebagai mitos atau legenda. Demikian pula halnya dengan orang-orang pintar ketika itu. Malah para penceramah, Ustadz, da’i dan Imam di mimbar-mimbar tidak memandang perlu untuk mengangkat tema bahaya fitnah Dajjal.

لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ

وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ

“Dajjal tidak akan muncul sehingga sekalian manusia telah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para Imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad 16073)

Siapakah sebenarnya Dajjal? Dan apakah ia seorang manusia anak keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam, ataukah ia termasuk makhluk kalangan jin atau raksasa atau apa?

Saudaraku, ada sebuah hadist yang panjang dimana di dalam hadits tersebut terungkaplah bahwa Dajjal merupakan seorang lelaki dari kalangan manusia keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam. Namun ia merupakan makhluk yang diberikan Allah keistimewaan tidak seperti kebanyakan manusia pada umumnya. Dan di antara keistimewaan tersebut ialah bahwa ia telah hadir ke muka bumi kita ini sejak zaman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat. Artinya, umur Dajjal sampai saat ini telah mencapai belasan abad atau sekitar seribu empat ratusan tahun. Subhaanallah...

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَخَّرَ الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ ذَاتَ لَيْلَةٍ ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ

إِنَّهُ حَبَسَنِي حَدِيثٌ كَانَ يُحَدِّثُنِيهِ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ

عَنْ رَجُلٍ كَانَ فِي جَزِيرَةٍ مِنْ جَزَائِرِ الْبَحْرِ

فَإِذَا أَنَا بِامْرَأَةٍ تَجُرُّ شَعْرَهَا قَالَ مَا أَنْتِ

قَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ اذْهَبْ إِلَى ذَلِكَ الْقَصْرِ فَأَتَيْتُهُ

فَإِذَا رَجُلٌ يَجُرُّ شَعْرَهُ مُسَلْسَلٌ فِي الْأَغْلَالِ

يَنْزُو فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَقُلْتُ مَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الدَّجَّالُ

خَرَجَ نَبِيُّ الْأُمِّيِّينَ بَعْدُ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَطَاعُوهُ أَمْ عَصَوْهُ

قُلْتُ بَلْ أَطَاعُوهُ قَالَ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ

Fatimah binti Qais berkata, "Pada suatu malam pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengakhirkan shalat isya` yang akhir, lalu beliau keluar dan bersabda: "Sesungguhnya yang menghalangiku (untuk segera keluar) adalah kisah yang diceritakan Tamim Ad Dari kepadaku dari seorang laki-laki yang berada di sebuah pulau dari gugusan pulau-pulau. Tamim berkata, "Saat itu tiba-tiba ada seorang wanita yang berambut panjang." Tamim selanjutnya bertanya, "Siapa kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Jasasah. Pergilah kamu ke istana itu." Tamim berkata, "Aku pun mendatanginya, ternyata di sana ada seorang laki-laki berambut panjang yang terikat dengan sebuah rantai. Tingginya menjulang antara langit dan bumi. Aku lalu bertanya, "Siapa kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Dajjal. Apakah telah ada seorang Nabi buta huruf yang diutus?" Aku menjawab, "Ya." Ia kembali bertanya, "Apakah orang-orang mentaatinya atau mengingkarinya?" Aku menjawab, "Orang-orang mentaatinya." Ia berkata, "Itu yang lebih baik bagi mereka." (HR Abu Dawud 3767)

Tamim Ad Dari adalah nama seorang pelaut Nasrani yang hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Ia telah mengadakan suatu pelayaran dimana ia sampai ke sebuah pulau kecil dari gugusan pulau-pulau kecil. Lalu setelah ia turun di pulau itu ia berjumpa dengan Dajjal yang dalam keadaan terikat dirantai. Dan karena begitu ketemu, Dajjal langsung menanyakan perihal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka itulah sebabnya Tamim segera berangkat ke Madinah begitu meninggalkan pulau tadi. Dan setelah Nabi Muhammad mebenarkan soal fakta yang telah dilihat oleh Tamim, maka Tamim langsung mengucapkan dua kalimat Syahadat alias masuk Islam. Alhamdulillah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal." (HR Muslim 924)


sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/siapakah-dan-apakah-dajjal.htm

Penyesalan Ahli Neraka Karena Masalah Ketaatan

Kitab Suci Al-Qur’an seringkali menggambarkan berbagai bentuk penyesalan para penghuni Neraka. Salah satu di antara bentuk penyesalan itu berkaitan dengan urusan ”ketaatan”. Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah mengalami penyiksaan yang begitu menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia tidak mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan atasan mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya bisa mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah dua kali lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan demikian. Na’udzubillahi min dzaalika..!

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا

رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS AlAhzab ayat 66-68)

Gambaran di atas merupakan suatu gambaran yang sungguh mengenaskan. Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut. Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang benar. Mereka terlambat menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu tidak pernah benar-benar mengajak dan mengarahkan mereka ke jalan yang mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.

Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta ”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan memutuskan segenap perkara.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ

إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisaa ayat 59)

Benar, Islam sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada pemimpin, namun pemimpin yang seperti apa? Apakah patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan AlQur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan manusia, bikinan para legislator, daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan Allah dan RasulNya. Pantaslah bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan memohon kepada Allah agar para ulil amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk...!

Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan. Para pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun. Baik pemimpin maupun rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam derita Neraka.

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا

إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ

قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ

”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS Ibrahim ayat 21)

Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini adalah kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas diri dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan kembal ke dunia sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا

كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (QS Al-Baqarah ayat 165-167)


sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/penyesalan-ahli-neraka-karena-masalah-ketaatan.htm

Pagi Beriman Sore Kafir, Sore Beriman Pagi Kafir

Salah satu hadits yang menggambarkan era penuh fitnah di akhir zaman tampaknya sangat sesuai dengan kondisi dunia dewasa ini. Di dalamnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa pada masa itu sulit sekali menemukan orang yang istiqomah. Yang ada ialah orang-orang yang di pagi hari masih beriman kemudian di waktu sore ia menjadi kafir. Demikian pula ada yang di waktu sore beriman namun keesokan hari di waktu pagi ia telah menjadi kafir.

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا

وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad No. 8493)

Sikap tidak istiqomah kata Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam disebabkan karena orang pada masa itu lebih mengutamakan kepentingan atau kemaslahatan dunia daripada memelihara keutuhan dien-nya (agama) alias imannya. Orang seperti ini telah tenggelam ke dalam faham bahkan ideologi materialisme.

Berdasarkan hadits ini berarti kita dapat simpulkan bahwa seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat atau mengaku muslim haruslah bersikap sangat waspada ketika ia menjalani era penuh fitnah di Akhir Zaman. Ia harus memahami bahwa bentuk pelanggaran terhadap Allah dapat berakibat kepada dua macam akibat. Pertama, ada yang berakibat seseorang menjadi berdosa, namun di mata Allah dosanya itu tidak menyebabkan dirinya keluar dari Islam. Artinya Allah masih tetap mengakui eksistensi iman pelaku dosa tersebut. Ia masih tetap dipandang sebagai seorang muslim atau seorang yang beriman.

Namun yang kedua, ada pula jenis dosa yang tidak saja pelakunya dipandang telah bermaksiat kepada Allah, tetapi bahkan mengakibatkan pelakunya tidak lagi dipandang masih beriman di mata Allah. Artinya perbuatan dosa yang dilakukannya telah membatalkan imannya. Allah menilai pelaku dosa tersebut telah keluar dari Islam alias menjadi kafir. Inilah yang sangat perlu kita khawatirkan. Dan hadits di atas jelas mengindikasikan fenomena ini. Jadi, di era penuh fitnah kita akan dengan mudah melihat adanya orang-orang yang di pagi hari masih beriman, namun karena satu dan lain hal, tiba-tiba di waktu sore ia telah menjadi kafir, copot imannya. Demikian pula ada mereka yang di waktu sore masih beriman, namun entah apa yang terjadi di malam harinya, tiba-tiba keesokan paginya ia telah menjadi kafir.

Di dalam kitabnya berjudul Dhawabith At-Takfir ‘inda Ahlis-Sunnah wa Al-Jama’ah, Mas’ud bin Faisol menguraikan sembilan Pembatal Keimanan yang disepakati oleh para ulama:

  1. Sombong dan menolak beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, walaupun membenarkan dan mengakui kebenaran Islam
  2. Syirik dalam beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala
  3. Membuat perantara dalam beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan meminta pertolongan kepada selain Allah subhaanahu wa ta’ala
  4. Mendustakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sesuatu yang beliau bawa walaupun ia melakukannya
  5. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu terhadap kekafiran mereka atau membenarkan mazhab (faham/keyakinan) mereka
  6. Memperolok-olok Allah subhaanahu wa ta’ala, Al-Qur’an, Al-Islam, pahala dan siksa, dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam atau salah seorang Nabi ‘alaihimus-salam, baik ketika bergurau ataupun sungguhan
  7. Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang Islam
  8. Meyakini bahwa ada sebagian orang yang boleh keluar dari ajaran Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau
  9. Meyakini ada petunjuk yang lebih sempurna daripada petunjuk Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam atau meyakini ada hukum yang lebih baik daripada hukum beliau yang berlandaskan syariat Allah subhaanahu wa ta’ala

Kita semua berlindung kepada Allah dari perbuatan dosa, baik yang menyebabkan diri kita dipandang “sekadar” bermaksiat kepada Allah, apalagi yang sampai menyebabkan diri kita tidak lagi dipandang Allah masih merupakan seorang beriman. Na’udzubillahi min dzaalika.


sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/pagi-beriman-sore-kafir-sore-beriman-pagi-kafir.htm

Ruwatan dan Kemusyrikan Dimuncul-munculkan Lagi di Indonesia

Ruwatan dan aneka kemusyrikan (perbuatan dosa terbesar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam dan kekal di neraka bila sampai matinya tidak bertaubat) sampai kini dimuncul-munculkan oleh para perusak aqidah. Kadang bahkan diprakarsai oleh penguasa setempat. Lebih buruknya lagi, bahkan pakai dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), yang pada dasarnya didapat dari masyarakat (Muslim).

Kesesatan dan penyesatan itu diberi nama macam-macam, dan atas nama tradisi. Sehingga masyarakat sangat tertipu dengannya namun tidak terasa.

Bila para ulama dan juru da’wah diam saja, maka terkena dosanya, dan akan dimintai tanggung jawabnya di akherat kelak. Lebih-lebih penguasa yang menyelenggarakan dan menghidup-hidupkan kemusyrikan yang sebenarnya sudah terkubur itu.

Berikut ini dua berita tentang acara kemusyrikan, dan di bagian bawah sorotan tentang acara kemusyrikan itu disertai penjelasan dan dalilnya, betapa bahayanya acara-acara kemusyrikan itu bagi manusia. Karena akan mengakibatkan haram masuk surga dan kekal di neraka.

Tradisi Maeso Suroan Digelar di Lereng Semeru

Liputan6.com, Lumajang: Warga Desa Sumber Mujur, Lumajang, Jawa Timur, di lereng Gunung Semeru menggelar tradisi Maeso Suroan, baru-baru ini. Dalam tradisi itu mereka menanam kepala sapi di hutan bambu untuk para leluhur.

Tradisi Maeso Suroan diawali dengan iring-iringan kesenian reog, tumpeng, dan kepala sapi yang diarak keliling desa. Acara tersebut memang digelar untuk menyambut datangnya tanggal satu Suro.

Tumpeng dan kepala sapi selanjutnya dibawa ke hutan bambu di bawah lereng Semeru. Benda tersebut diletakkan di atas sumber mata air kehidupan atau sumber delling. Tak lama kemudian, tumpeng dilarung ke sumber mata air. Tujuannya agar sumber mata air itu selalu mengairi sawah warga yang berada di empat desa.

Ritual dilanjutkan dengan menanam kepala sapi dan rebutan aneka macam hasil bumi. Warga meyakini aneka hasil bumi yang diarak keliling desa tersebut akan membawa berkah. Mereka juga berharap terhindar dari segala musibah, terutama dari bencana Semeru.

Ritual tahunan ini juga menyedot perhatian para pengunjung yang sedang berlibur di hutan bambu. Sejumlah wisatawan mancanegara juga hadir menyaksikan acara tersebut.(ULF)

Sumber: berita.liputan6.com/sosbud/201012/310330/Tradisi.Maeso.Suroan.Digelar.di.Lereng.Semeru

Ruwatan, Tradisi Tolak Bala

Liputan6.com, Surabaya: Meski sudah memasuki era globalisasi, tradisi ruwatan masih tetap tumbuh subur di masyarakat Jawa. Tradisi ini bertujuan membebaskan seseorang dari pengaruh bahaya atau kutukan, Selasa (7/12).

Prosesi ruwatan biasa diawali dengan sungkeman peserta ruwat kepada orangtua atau orang yang sudah dituakan. Dengan mengenakan kain putih yang sudah diikatkan pada bagian tubuh, para peserta dimandikan dengan air yang berasal dari tujuh mata air seperti mata air dari Jolotundo, Trawas, dan Sendang Rejenu di Kota Kudus.

Hingga kini, tradisi ruwatan yang biasa digelar pada bulan Suro ini, masih sering dijumpai terutama pada masyarakat Jawa. Mereka percaya ruwatan ini mampu membebaskan seseorang dari marabahaya atau kutukan. Meski tradisi ini merupakan tradisi Jawa, banyak pula peserta yang bukan merupakan masyarakat Jawa.

Ada beberapa kategori seorang anak yang harus diruwat antara lain ontang anting atau anak tunggal, kedono kedini atau anak kembar beda jenis, pendawa atau lima orang bersaudara laki laki semua. Usai diruwat, para peserta berebut tumpeng sebagai lambang limpahan rezeki dan berkah. (APY/ANS)

Sumber: berita.liputan6.com/sosbud/201012/310338/Ruwatan.Tradisi.Tolak.Bala

Berikut ini penjelasan tentang ruwatan dan bahayanya bagi aqidah Islamiyah (keyakinan Islam):

Ruwatan, Kemusyrikan yang Dihidupkan Kembali Oleh Kiyai Liberal

Para ulama, muballigh dan tokoh Islam sudah berupaya meredam kemusyrikan, dosa terbesar berupa menyekutukan Allah dengan yang lainnya. Di antara kemusyrikan yang sudah diredam adalah ruwatan, yaitu upacara kemusyrikan, percaya kepada Betoro Kolo, hingga meyakini dengan diadakan ruwatan maka terhindar dari dimangsa Betoro Kolo dan terbuanglah sialnya. Padahal sial ataupun beruntung itu datangnya hanya dari Allah Ta’ala, maka mestinya meminta hanya kepada Allah, bukan kepada selain-Nya, dan bukan dengan cara-cara yang tidak diajarkan Allah Ta’ala.

Terus terang ketika di tahun 2000 ada berita bahwa Presiden Abdurrahman Wahid akan diruwat, saya langsung teringat zaman PKI (Partai Komunis Indonesia) sebelum peristiwa pemberontakan G30S/PKI 1965. Karena setahu saya adanya ruwatan itu hanya di daerah-daerah PKI atau kalangan orang abangan (Islam tak shalat) di Jawa. Sedang desa-desa yang masyarakatnya Islam tidak pernah melaksanakan ruwatan.

Meskipun tidak otomatis ruwatan itu identik dengan PKI, namun timbul pertanyaan, apakah Gus Dur mewarisi ajaran ruwatan itu dari gurunya, Ibu Rubiyah yang memang Gerwani/PKI perempuan? Wallahu a’lam. (Tentang guru Gus Dur di antaranya orang Gerwani itu lihat buku Bahaya Pemikirian Gus Dur II, Menyakiti Hati Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2000).

Ruwatan itu sendiri tidak terdengar di masyarakat sejak dilarangnya PKI tahun 1965. Namun mulai terdengar lagi sejak 1990-an, setelah dukun-dukun berani muncul terang-terangan bahkan praktek di mall-mall atau pusat-pusat perbelanjaan dan membuat paguyuban yang mereka sebut PPI (Paguyuban Paranormal Indonesia).

Konon anggota paguyuban “wali syetan” (istilah hadits Nabi Muhammad SAW untuk dukun) itu 60.000 dukun. Meskipun demikian, istilah ruwatan tidak begitu terdengar luas, dan baru sangat terdengar ketika ada khabar bahwa Gus Dur, Presiden Indonesia ke-4 yang bekas ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, satu organisasi yang berdiri sejak zaman Belanda 1926) akan diruwat, dan kemudian dia benar-benar hadir dalam acara ruwatan di UGM (Universitas Gajah Mada) Yogya, 18/8/2000.

Apa itu ruwatan?

Ruwatan adalah satu upacara kepercayaan yang diyakini sebagai ritual membuang sial yang disebut sukerto alias penderitaan. Istilah ruwatan, artinya membebaskan ancaman dari marabahaya yang datangnya dari Batoro Kolo, raksasa pemakan manusia, anak raja para dewa yakni Batoro Guru.

Batoro Kolo, menurut kepercayaan kemusyrikan ini, adalah raksasa buruk jelmaan dari mani (sperma) Batoro Guru yang berceceran di laut, ketika gagal bersenggama dengan permaisurinya, Batari Uma, ketika bercumbu di langit sambil menikmati terang bulan, karena Batari Uma belum siap.

Karena Batoro Guru gagal mengendalikan diri “dengan sang waktu” (kolo) maka mani yang tercecer di laut dan menjadi raksasa buruk itu disebut Batoro Kolo, pemakan manusia. Lalu Batoro Guru berjanji akan memberi makan enak yaitu manusia yang dilahirkan dalam kondisi tertentu.

Seperti kelahiran tanggal sekian yang menurut perhitungan klenik (tathoyyur) akan mengalami sukerto alias penderitaan. Juga yang lahir dalam keadaan ontang-anting (tunggal), kembang sepasang (dua anak lelaki semua atau perempuan semua), sendang apit pancuran (pria, wanita, pria), pendowo limo (5 anak pria semua). Dll. (Lihat AM Saefuddin, Ruwatan dalam Perspektif Islam, Harian Terbit, Jum’at 11 Agustus 2000, hal 6).

Itulah orang-orang yang harus diruwat menurut kepercayaan dari cerita wayang. Padahal, cerita wayang itu semodel juga dengan cerita tentang Pendeta Durno yang menyetubuhi kuda lantas lahirlah Aswotomo. Konon Durno diartikan mundur-mundur keno/kena, jadi dia naik kuda betina lantas mundur-mundur maka kenalah ke kemaluan kuda, akhirnya kuda itu melahirkan anak manusia.

Hanya saja anak yang lahir dari kuda ini diceritakan tidak jadi raksasa dan tidak memakan manusia. Jadi, nilai cerita ruwatan itu sebenarnya juga hanya seperti nilai cerita yang dari segi mutunya saja sangat tidak bermutu, seperti anak lahir dari rahim kuda itu tadi. Upacara ruwatan itu bermacam-macam. Ada yang dengan mengubur seluruh tubuh orang/anak yang diruwat kecuali kepalanya, ada yang disembunyikan di tempat tertentu dsb.

Adapun Ruwatan yang dilakukan di depan Gedung Balairung Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Jum’at malam 18/8 2000 itu dihadiri Presiden Abdurrahman Wahid didampingi isterinya Ny Nuriyah dan putri sulungnya Alissa Qatrunnada Munawaroh. Selain itu tampak hadir pula Kapolri Jenderal Rusdihardjo (belakangan, 3 bulan kemudian Rusdihardjo dipecat dari jabatannya sebagai Kapolri oleh Gus Dur, konon karena ada berita bocor yang menyebutkan hasil penyidikan kasus Bruneigate yang diduga menyangkut Presiden Gus Dur), Rektor UGM Ichlasul Amal, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sri Edi Swasono, dan Frans Seda.

Ruwatan itu dilaksanakan terhadap 11 orang akademisi disebut ruwatan bangsa, penyelenggaraannya diketuai Mayjen (purnawirawan) Hariyadi Darmawan. Mereka yang diruwat itu adalah Prof. Sayogya, Prof Kunto Wibisono, Dr Hariadi Darmawan, Tjuk Sukiadi, Prof Sri Edi Swasono, Ny Mubyarto, Bambang Ismawan, Nanik Zaenudin, Ken Sularto, Amir Sidharta, dan Wirawanto.

Sebelas orang yang diruwat itu bersarung putih. Kumis dan jenggotnya dicukur bersih, kemudian tubuhnya disiram dengan air kembang. (Lihat Rakyat Merdeka, 19/8/2000).

Sementara itu di luar Gedung UGM telah berlangsung demonstrasi mahasiswa yang menentang ruwatan tersebut.

Itulah acara ruwatan untuk menghindari Batoro Kolo dengan upacara seperti itu dan wayangan. Biasanya wayangan itu untuk memuji-muji Batoro Kolo, agar terhanyut dengan pujian itu, dan lupa memangsa. Di UGM itu wayangan dengan lakon Murwokolo dan Sesaji Rojo Suryo oleh dalang Ki Timbul Hadiprayitno.

Kemusyrikan

Ruwatan itu ada yang menyebutnya adat, ada pula yang menilainya sebagai kepercayaan. Islam memandang, adat itu ada dua macam, adat yang mubah (boleh) dan adat yang haram. Sedang mengenai kepercayaan, itu sudah langsung haram apabila bukan termasuk dalam Islam.

Adat yang boleh contohnya blangkon (tutup kepala) untuk orang Jawa. Itu tidak dilarang dalam Islam. Tetapi kemben, pakaian wanita yang hanya sampai dada bawah leher, itu haram, karena tidak menutup aurat. Tetapi kalau dilengkapi dengan kerudung, menutup seluruh tubuh dan juga menutup rambut kepala, maka tidak haram lagi, jadi boleh. Hanya saja namanya bukan kemben lagi tapi busana Muslimah atau jilbab, kalau jelas-jelas sudah menutup aurat secara Islam.

Adat yang boleh, seperti blangkon tersebut pun, kalau disamping sebagai adat masih pula diyakini bahwa akan terkena bahaya apabila tidak memakai blangkon (yang kaitannya dengan kekuatan ghaib) maka sudah menyangkut keyakinan/kepercayaan, hingga hukumnya dilarang atau haram, karena tidak sesuai dengan Islam. Keyakinan yang dibolehkan hanyalah yang diajarkan oleh Islam.

Demikian pula ruwatan, sekalipun ada yang mengatakan bahwa itu merupakan adat, namun karena menyangkut hal ghaib, berkaitan dengan nasib sial, bahaya dan sebagainya; maka jelas merupakan keyakinan batil, karena Islam tidak mengajarkan seperti itu.

Sedang keyakinan adanya bala’ akibat kondisi dilahirkannya seseorang itupun sudah merupakan pelanggaran dalam hal keyakinan, yang dalam Islam terhitung syirik, menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedang orangnya disebut musyrik, pelaku durhaka terbesar dosanya. Tidak ada dalil yang menunjukkan benarnya keyakinan itu, namun justru ada ketegasan bahwa meyakini nasib sial dengan alamat-alamat seperti itu adalah termasuk tathoyyur, yang hukumnya syirik, menyekutukan Allah SWT; dosa terbesar.

Tathoyyur atau Thiyaroh adalah merasa bernasib sial, atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

Abu Dawud meriwayatkan hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud ra:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْك،ٌ وَمَا مِنَّا إِلاَّ ، وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“At-thiyarotu syirkun, at-thiyarotu syirkun wamaa minnaa illa, walaakinnallooha yudzhibuhu bittawakkuli.”

”Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, dan tiada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR. Abu Daud)

Hadits ini diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dengan dinyatakan shahih, dan kalimat terakhir tersebut dijadikannya sebagai ucapan dari Ibnu Mas’ud. (Lihat Kitab Tauhid oleh Syaikh Muhammad At-Tamimi, terjemahan Muhammad Yusuf Harun, cetakan I, 1416H/1995, halaman 150).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ « أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ».

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu ‘Amr bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena thiyarah, maka dia telah berbuat syirik.” Para sahabat bertanya, ”Lalu apakah sebagai tebusannya?” Beliau menjawab, ”Supaya mengucapkan,

اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

Allahumma laa khoiro illaa khoiruka walaa thoiro illaa thoiruka walaa ilaaha ghoiruka.
Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiada kesialan kecuali kesialan dari Engkau, dan tiada sembahan yang haq selain Engkau.”
(HR Ahmad; Syaikh Muhammad At-Tamimi, Kitab Tauhid, hal 151).

Sedangkan meminta perlindungan kepada Batoro Kolo agar tidak dimangsa dengan upacara ruwatan dan wayangan itu termasuk kemusyrikan yang dilarang dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ(106)

”Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu,jika kamu berbuat (hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang dhalim (musyrik).” (QS. Yunus [10] : 106).

{ إنك إذاً من الظالمين } : أي إنك إذا دعوتها من المشركين الظالمين لأنفسهم .

“…maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang dhalim (musyrik).” Artinya sesungguhnya kamu apabila mendoa kepada selain-Nya adalah termasuk orang-orang musyrik yang mendhalimi kepada diri-diri mereka sendiri.

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ(107)

”Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia; sedang jika Allah menghendaki untukmu sesuatu kebaikan, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya...” (QS. Yunus [10] : 107)

Kesimpulan

1. Ruwatan Mendatangkan Dosa Terbesar

2. Ruwatan itu kepercayaan non Islam berlandaskan cerita wayang. Ruwatan artinya upacara membebaskan ancaman Batoro Kolo, raksasa pemakan manusia, anak Batoro Guru/raja para dewa. Batoro Kolo adalah raksasa buruk jelmaan dari sperma Batoro Guru yang berceceran di laut, setelah gagal bersenggama dengan permaisurinya, Batari Uma, ketika bercumbu di langit sambil menikmati terang bulan.

Itulah kepercayaan musyrik/menyekutukan Allah SWT yang berlandaskan cerita wayang penuh takhayyul, khurofat, dan tathoyyur (menganggap sesuatu sebagai alamat sial dsb). Upacara ruwatan itu bermacam-macam:

  • ada yang dengan mengubur sekujur tubuh selain kepala,
  • atau menyembunyikan anak/orang yang diruwat,
  • ada yang dimandikan dengan air kembang dan sebagainya.

Biasanya ruwatan itu disertai sesaji dan wayangan untuk menghindarkan agar Betoro Kolo tidak memangsa.

3. Ruwatan itu dari segi keyakinannya termasuk tathoyyur, satu jenis kemusyrikan yang sangat dilarang Islam, dosa terbesar. Sedang dari segi upacaranya termasuk menyembah/memohon perlindungan kepada selain Allah, yaitu ke Betoro Kolo, satu jenis upacara kemusyrikan, dosa terbesar pula. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Thiyaroh (tathoyyur) adalah syirik/menyekutukan Allah, thiyaroh adalah syirik, thiyaroh adalah syirik , (diucapkan) tiga kali. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Majah dari hadits Ibnu Mas’ud, dari Rasulullah saw).

4. Merasa sial karena sesuatu atau alamat-alamat yang dianggap mendatangkan sial, termasuk perbuatan kemusyrikan. Kata Nabi SAW:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ قَالُوا : وَمَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ ؟ قَالَ : أَنْ يَقُولَ اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إلَّا خَيْرُك وَلَا طَيْرَ إلَّا طَيْرُك , وَلَا إلَهَ غَيْرُكَ (رواه ِأَحْمَدَ عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ. قال الشيخ الألباني : ( صحيح ) انظر حديث رقم : 6264 في صحيح الجامع)

"Barangsiapa yang tidak jadi melakukan keperluannya karena merasa sial, maka ia telah syirik. Maka para sahabat RA bertanya, Lalu bagaimana kafarat dari hal tersebut wahai Rasulullah? Maka jawab Nabi SAW, Katakanlah : Allahumma laa khaira illaa khairaka walaa thiyara illa thiyaraka walaa ilaha ghairaka." Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tidak ada kesialan kecuali kesialan (dari)Mu, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain-Mu. (HR.Ahmad dari Abdullah bin Umar dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ(106)

“Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat (hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang dhalim (musyrik)”. (QS. Yunus [10] : 106).

5. Sudah jelas, Al-Qur’an dan Al-Hadits sangat melarang kemusyrikan. Dan bahkan mengancam dengan adzab, baik di dunia maupun di akherat. namun kini kemusyrikan itu justru dinasionalkan. Maka perlu dibisikkan ke telinga-telinga mereka, bahwa sebenarnya lakon mereka tu menghadang/menantang datangnya adzab dan murka Allah SWT, di dunia maupun di akherat.

Masyarakat pun sebenarnya sudah dijelaskan bahwa ruwatan itu adalah kemusyrikan, di antaranya ada media yang memuat wawancara sebagai berikut:

Ustadz H. Hartono Ahmad Jaiz: Ruwatan Itu Musyrik

Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 14 Aug, 06 - 5:39 pm

Bencana dan musibah yang bertubi-tubi datang merupakan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada bangsa Indonesia. Mengapa ini terjadi? Karena bangsa yang mayoritas muslim ini masih mempraktekkan kemusyrikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk kemusyrikan itu di antaranya adalah ruwatan, sedekah bumi, dan larung laut. Semua ini merupakan bentuk kemusyrikan.

Berikut petikan wawancara Tabloid Jum’at dengan Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, seorang pengamat pemikiran Islam dan aliran sesat serta penulis buku produktif:

Bagaimana pendapat Ustadz soal bencana dan musibah yang bertubi-tubi menimpa bangsa ini?

Pertama-tama yang harus diketahui, Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak dzalim. Dan Dia tidak suka kepada kedzaliman. Kedzaliman yang paling tidak disukai dan tertinggi adalah kemusyrikan.

Ketika kita sudah tahu seperti itu, yang paling tidak disukai Allah adalah kemusyrikan, tetapi di balik itu Allah tidak dzali; ketika musibah bertubi-tubi menghampiri tanah air Indonesia berarti manusia ini yang dzalim. Kedzaliman yang paling puncak dan paling tidak disukai oleh Allah adalah kemusyrikan.

Nah, mari kita lihat apakah sebenarnya kemusyrikan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia itu. Sangat banyak. Kemusyrikan itu tidak mesti dilakukan oleh orang-orang kafir saja, tetapi juga dilakukan oleh orang Islam sendiri. Mereka menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapi juga meminta pertolongan kepada selain Allah. Ini bentuk kemusyrikannya.

Padahal kalau mereka tahu, kemusyrikan yang mereka lakukan itu sebenarnya bentuk kedzaliman yang paling tinggi dan besar serta sangat tidak disukai oleh Allah.

Kemusyrikan yang dilakukan manusia Indonesia dapat dilihat dengan gencarnya otonomi daerah, pemerintah daerah melalui dinas pariwisata menghidupkan kembali bentuk kemusyrikan yang sebenarnya oleh para ulama sudah diredam.

Seperti apa bentuk kemusyrikan itu?

Misalnya, kemusyrikan yang sudah diredam itu adalah ruwatan. Sebelum tahun 1990-an, kegiatan ruwatan jarang sekali terdengar dan sudah terkubur. Tetapi sejak tahun 2000, terutama pada saat pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, acara ruwatan muncul kembali. Konon menurut informasi yang beredar, Gus Dur pun diruwat oleh seorang paranormal bernama Romo. Bahkan di universitas ternama, seperti Universitas Gajah Mada pun melakukan ritual ruwat yang diberi nama Ruwatan Bangsa.

Hadir dalam acara ritual tersebut Presiden Gus Dur, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM Ichlasul Amal dengan tontonan wayang kulit berlakon Murwokolo dan Sesaji Rojo Suryo oleh Dalang Ki Timbul Hadiprayitno di Balairung UGM, Jum’at malam 18 Agustus 2000.

Di situ berarti, kemusyrikan yang sudah terpendam itu dihidupkan kembali. Ruwatan itu sebenarnya salah satu bentuk kemusyrikan. Sebab dalam ruwatan tersebut terdapat bentuk perdukunan, klenik, takhayyul, bid’ah, khurafat dan keyakinan-keyakinan sesat lainnya.

Sejak itu dilakukan, maka ruwatan kembali semarak dan dihidup-hidupkan secara nasional. Bahkan saat ini acara semacam itu didukung oleh berbagai instansi pemerintah. Kalau mau tahu lebih banyak bukalah situs-situs di internet. Di sana terlihat beberapa instansi pemerintah mengadakan berbagai ruwatan.

Dengan adanya otonomi daerah maka bermunculan berbagai bentuk kemusyrikan yang dikemas dengan unsur pariwiasata dan budaya.

Selain ruwatan, bentuk kemusyrikan lainnya adalah upacara larung laut. Kegiatan seperti itu sama seperti ruwatan, penuh dengan kemusyrikan. Bahkan pada bulan Juli 2004 lalu di Bantul (selatan Jogjakarta) acara larung laut juga dilakukan oleh para anggota DPRD Bantul hasil pemilu 2004.

Sebagai bentuk syukur mereka mengadakan upacara larung laut yang diberi nama dengan Larung Buto ke Laut Kidul. Upacara yang penuh dengan kemusyrikan itu juga diikuti oleh beberapa partai Islam. Mereka menganggap bahwa kesialan harus dibuang ke laut dan meminta berkah kepada Nyai Roro Kidul.

Apa yang dilakukan oleh para anggota dewan itu jelas bentuk kemusyrikan. Bila hal seperti ini terus dilakukan dan dihidupkan kembali, maka tidak mustahil Allah murka dengan berbagai bencana dan musibah atas bangsa ini.

Bentuk kemusyrikan lainnya adalah upacara sedekah bumi yang marak dilakukan di berbagai pelosok desa. Dalam upacara itu juga digelar sesaji untuk arwah leluhur. Ini jelas-jelas bentuk kemusyrikan.

Di samping itu juga marak praktek-prektek perdukunan. Masyarakat negeri ini memang mayoritas Muslim, tapi ada sebagian dari mereka yang senang mengikuti perintah yang diberikan oleh dukun-dukun. Padahal mereka itu muslim, tetapi meminta sesuatu itu melalui dukun bukan langsung kepada Allah. Perdukunan itu juga termasuk bentuk kemusyrikan.

Jadi bencana dan musibah ini adzab Allah?

Ya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan azab kepada kaum yang tidak mengikuti ajaran yang dibawa para Nabi dan Rasul Allah.

Ada yang diazab dengan hujan batu, banjir, gempa dan aneka macam azab lainnya. Bahkan Bani Israel pun dirubah menjadi monyet dan babi karena mereka melanggar perintah Allah yang disampaikan oleh Nabi Musa Alaihis Salam.

Jadi, musibah dan bencana akhir-akhir ini terjadi merupakan azab dari Allah kepada bangsa ini. Sebab saya melihat banyak masyarakat, terutama umat Islam percaya kepada dukun-dukun, klenik dan jimat-jimat. Bahkan ramai-ramai membesar-besarkan acara ruwatan yang jelas-jelas sangat penuh dengan kemusyrikan.

Ruwatan itu kan sebenarnya upacara adat. Bagaimana tanggapan Ustadz?

Ruwatan itu sebenarnya kepercayaan non-Islam yang berlandaskan cerita wayang. Ruwatan artinya upacara membebaskan ancaman Batoro Kolo—raksasa pemakan manusia, anak Batoro Guru atau raja para dewa. Batoro Kolo adalah raksasa buruk rupa jelmaan dari sperma Batoro Guru yang berceceran di laut setelah gagal bersenggama dengan permaisurinya, Batari Uma, ketika bercumbu di langit sambil menikmati terang bulan. Makanan Batoro Kolo adalah manusia yang dilahirkan dalam kondisi tertentu, seperti kelahiran yang menurut perhitungan klenik akan mengalami menderita (sukerto), juga yang lahir dalam keadaan tunggal (ontang-anting), kembang sepasang (kembar), sendang apit pancuran (laki, perempuan, laki) dan lain-lain.

Itu kepercayaan musyrik, menyekutukan Allah yang berlandaskan cerita wayang penuh takhayyul, khurofat dan tathoyyur atau menganggap sesuatu sebagai alamat sial dan sebagainya. Biasanya ruwatan disertai dengan sesaji dan wayangan untuk menghindarkan diri agar Botor Kolo tidak memangsa.

Apa yang harus dilakukan umat agar bencana ini tidak terus terjadi?

Hal pertama yang dilakukan adalah menyadarkan umat Islam bahwa bencana dan musibah ini benar-benar azab dari Allah atas maraknya kemusyrikan dan kemaksiatan di tengah-tengah kehidupan mereka. Itu yang harus dilakukan dahulu. Setelah itu, umat harus melakukan tobat nasuha, tobat yang sebenar-benarnya tobat. Masyarakat harus meninggalkan segera hal-hal yang berbau musyrik. Sebab kemusyrikan itu merupakan puncak dari kedzaliman.

Kemudian para ulama harus berani bicara bahwa bencana yang bertubi-tubi ini merupakan adzab dari Allah kepada manusia. Sayangnya para ulama tidak ada yang berani bicara, padahal ayatnya sangat banyak dalam Al-Qur’an.

Para ulama juga harus berani menegur umat dan pemerintah. Sebab pemerintah secara khusus memberikan lampu hijau maraknya kemaksiatan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Bahkan pemerintah lewat Dinas Pariwisata dibantu dengan media massa membesar-besarkan upacara adat yang jelas-jelas penuh dengan kemusyrikan. (Maulana, Tabloid Jum’at, Dewan Masjid Indonesia, Jakarta, No. 743 Thn XVII, 9 Rajab/4 Agustus 2006, halaman 5)/sm. (haji)


sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/hartono-ahmad-jaiz-ruwatan-dan-kemusyrikan-dimuncul-munculkan-lagi-di-indonesia.htm

Fatwa Ulama Tentang Ucapan Selamat Tahun Baru Hijriyah

Segala puji bagi Allah shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad kepada keluarganya, para sahabatnya dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du.

Para pembaca yang dirahmati Allah, sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 1431 Hijriyah dan akan memasuki tahun baru hijriyah 1432, sebagian besar kaum muslimin telah mempersiapkan perayaan untuk tahun baru islam tersebut, di antaranya dengan bertukar ucapan selamat satu sama lain maka apa kedudukan ucapan selamat tahun baru hijriyah dari sisi syar’i?

Di bawah ini kami mengutip beberapa fatwa ulama kibar dalam hal ini:

1. Syeikh Ibnu Bazz rahimahullah pernah ditanya:

Kami pada permulaan tahun baru hijriyah, dan sebagian orang saling bertukar ucapan selamat tahun baru hijriyah, mereka mengucapkan: (setiap tahun semoga kalian dalam kebaikan), maka apa hukum syar’ie terkait ucapan selamat ini?

Jawaban:

Ucapan selamat tahun baru hijriyah kami tidak mengetahui dasarnya dari para salaful shalih, dan saya tidak mengetahui satupun dalil dari sunah maupun kitabullah yang menunjukkan pensyariatannya, tetapi siapa saja yang memulaimu dengan ucapan itu maka tidak mengapa kamu menjawabnya seperti itu, jika dia mengatakan: setiap tahun semoga anda dalam kebaikan maka tidak mengapa kamu menjawabnya semoga anda seperti itu kami memohon kepada Allah bagi kami dan bagimu setiap kebaikan atau semacamnya, adapun memulainya maka saya tidak mengetahui dasarnya.

2. Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah pernah ditanya mengenai ucapan selamat tahun baru hijriyah:

Pertanyaan: Syeikh yang mulia! anda membahas tentang tahun baru, maka apa hukum ucapan selamat tahun baru hijriyah? Dan apa kewajiban kita terhadap mereka yang mengucapkan selamat?

Beliau menjawab:

Jika seseorang mengucapkan selamat kepadamu maka jawablah, tapi jangan kamu memulainya, inilah pendapat yang benar dalam masalah ini, misalnya seandainya seseorang mengucapkan kepadamu: kamu mengucapkan selamat tahun baru kepadamu, maka dijawab: semoga Allah mengucapkan selamat kebaikan untukmu dan menjadikannya tahun kebaikan dan keberkahan. Tetapi jangan kamu memulainya, karena saya tidak mengetahui adanya riwayat dari para salaful shalih bahwa mereka dahulu mengucapkan selamat tahun baru hijriyah, bahkan ketahuilah bahwa para salaf belum menjadikan bulan Muharram sebagai awal tahun baru kecuali pada masa khilafah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu.

(Pertemuan bulanan ke 44 diakhir tahun 1417 H).

Dan beliau juga pernah ditanya: Syeikh yang mulia, apa pendapat anda mengenai tukar menukar ucapan selamat pada awal tahun baru hijriyah?

Jawaban:

Saya berpendapat bahwa memulai ucapan selamat pada awal tahun baru hijriyah tidak mengapa, namun tidak disyariatkan dalam artian: kami tidak mengatakan kepada orang: sesungguhnya disunahkan bagi kalian untuk saling menyampaikan ucapan selamat, tetapi jika mereka melakukannya tidak mengapa, namun sepatutnya juga apabila dia mengucapkan selamat tahun baru supaya memohon kepada Allah supaya menjadikannya tahun kebaikan dan keberkahan, lalu orang lain menjawabnya. Inilah pendapat kami dalam masalah ini yang merupakan perkara kebiasaan dan bukan termasukan perkara ibadah.

(pertemuan terbuka ke: 93 hari Khamis tanggal 25 bulan Dzul Hijjah tahun 1415H).

Dan beliau juga pernah ditanya: apakah boleh mengucapkan selamat awal tahun baru?

Beliau menjawab:

Ucapan selamat dengan kedatangan tahun baru hijriyah tidak ada dasarnya dari perbuatan para salaful shalih, maka kamu jangan memulainya, tetapi jika seseorang mengucapkan selamat kepadamu jawablah, karena ini sudah menjadi kebiasaan ditengah-tengah manusia, meskipun phenomena ini sekarang berkurang, karena Alhamdulillah sebagian orang sudah memahaminya, padahal sebelumnya mereka saling bertukar kartu ucapan selamat tahun baru hijriyah.

Penanya: apa bunyi ucapan yang saling disampaikan manusia?

Beliau menjawab:

Yaitu mereka mengucapkan selamat atas datannya tahun baru, dan kami memohon kepada Allah mengampuni yang telah berlalu pada tahun kemarin, dan supaya memberikan pertolongan kepadamu untuk menghadapi masa depan atau semacam itu.

Penanya: apakah diucapkan: setiap tahun semoga kalian dalam kebaikan?

Beliau menjawab: tidak, setiap tahun semoga kalian dalam kebaikan tidak diucapkan dalam Idul Adha maupun Idul Fitri atau di tahun baru.

(perjumpaan terbuka ke: 202 pada hari Khamis tanggal 6 Muharram tahun 1420H).

3. Syeikh Shalih Al-Fauzan hafidhohullah pernah ditanya:

Syeikh yang mulia semoga Allah memberikan anda taufik, kebanyakan manusia saling bertukar ucapan selamat tahun baru hijriyah, maka apa hukum ucapan selamat atas kedatangannya? Diantara ucapan mereka: semoga menjadi tahun bahagia, atau ucapan mereka: semoga kalian setiap tahun dalam kebaikan, apakah ini disyariatkan?

Jawaban:

“ini adalah bid’ah, ini bid’ah dan menyerupai ucapan selamat orang-orang Nasrani dengan tahun baru masehi, dan ini sesuatu yang tidak pernah dilakukan para salaf, dan juga tahun baru hijriyah adalah istilah para sahabat radhiyallahu anhum untuk penaggalan muamalat saja, mereka tidak menganggapnya hari raya dan mereka mengucapkan selamat atasnya atau, ini tidak ada dasarnya, para sahabat menjadikannya untuk penanggalan muamalat dan mengatur muamalat saja.”

4. Fatwa Syeikh Abdul Karim Al-Khidhir mengenai ucapan selamat tahun baru hijriyah:

Doa kepada seorang muslim dengan doa umum yang lafalnya tidak diyakini sebagai ibadah dalam beberapa peringatan seperti hari-hari raya tidak mengapa, apalagi apabila maksud dari ucapan selamat ini untuk menumbuhkan kasih sayang, menampakkan kegembiraan dan keceriaan pada wajah muslim lain. Imam Ahmad rahimahullah berkata: saya tidak memulai ucapan selamat, jika seseorang memulaiku dengan ucapan selamat maka saya suka menjawabnya karena menjawan ucapan selamat wajib, adapun memulai ucapan selamat tidak ada sunah yang diperintahkan dan juga bukan termasuk perkara yang dilarang.

Kesimpulan

Dari beberapa fatwa diatas dapat dipahami bawa para ulama kibar sebagian membolehkan menjawab ucapan selamat saja tidak untuk memulainya, namun kita tidak menganggapnya perkara bid’ah yang besar karena hal itu lebih kepada adat kebiasaan bukan diyakini sebagai ibadah yang disyariatkan.

Tapi sebaiknya kita menjelaskan kepada umat bahwa hal itu tidak ada dasarnya sehingga mereka tidak berlebih-lebihan dalam ucapan selamat, karena kuatir terjatuh dalam perkara bid’ah dan menyerupai kaum nasrani sebagaimana fatwa Syeikh Shalih Al-Fauzan hafidohullah.

Namun kita tidak disyariatkan untuk merayakannya seperti kita merayakan hari-hari raya karena perayaan sebagai bentuk ibadah dan ibadah sifatnya tauqifiyah.

Wallahu A’lam bishowab.



sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/voice-of-al-islam-voa-islam-com-fatwa-ulama-tentang-ucapan-selamat-tahun-baru-hijriyah.htm