Selasa, 16 Maret 2010

BANGKAI BUSUK DIBALIK JANJI MANIS PASAR MODAL

BANGKAI BUSUK DIBALIK JANJI MANIS PASAR MODAL

Sarjana-sarjana terlahir setiap tahun dengan jumlah yang sangat bervariatif, tak jarang dari kebanyakan mereka mendapatkan beasiswa ke luar negeri untuk menambah pembekalan ilmu mereka. Di sisi yang lain, setiap tahun Indonesia juga sangat aktif menelurkan para penganggur yang siap untuk bekerja namun pekerjaan tak kunjung juga menghampiri mereka. Sebenarnya Indonesia negara penghasil apa? Kekayaan alam yang melimpah kini sudah bukan milik rakyat. Dengan cueknya membiarkan orang-orang asing menanam modal di Indonesia dan mengeruk habis kekayaan alam Indonesia. Sarjana-sarjana bahkan Profesor-profesor ahli yang dimiliki Indonesia pergi ngacir ke negeri orang lain hanya untuk mendapatkan biaya untuk penelitiannya, yah..jelas kalo penelitiannya berhasil, balas budi mereka bukan untuk Indonesia makmur tapi Negara pemberi modal.

Indonesia sekarang adalah negara yang terjajah, bukan secara fisik namun terjajah secara perasaan. Dimana para pelaku penjajah secara cantik memainkan senjatanya dengan menusukkannya tepat di hati nurani masyarakat Indonesia, yaitu dengan janji manis: kekayaan akan diraih dengan mudah hanya dengan bermain saham di bursa efek, dengan duduk manis kita bisa meraih laba banyak dari modal kita yang sedikit dan tanpa mengeluarkan keringat. Namun dengan keadaan negara yang berkembang seperti ini, Indonesia hanya mampu merekomendasikan para pengusaha-pengusaha yang tidak mempunyai sedikitpun pengalaman. Bahkan yang hanya memanfaatkan permainan pasar modal ini hanyalah para pejabat yang korup.
Pasar modal yang mengikuti jaman globalisasi ini cuacanya belum cocok dengan iklim Indonesia yang sebagian besar pekerjaan penduduknya bertani. Dengan sedikitnya penanaman modal ini, para investor asing tidak habis pikir. Mereka bahkan menggunakan moment ini dengan baik sebagai strategi yang jitu.
Para investor asing merekayasa harga-harga saham di negara berkembang ini dengan cara membocorkan kepada media bahwasannya saham yang mereka beli akan mengalami kenaikan harga yang dapat menguntungkan mereka dan mereka tidak rugi untuk menanamkan modal besar pada saham tersebut, dan mereka memprediksi perusahaan yang mereka beli sahamnya mempunyai masa depan yang cerah. Begitulah permainan politik yang penuh dengan tipu muslihat. Tentu saja cara yang mereka lakukan hanya untuk menggali sebesar-besarnya kekayaan yang dimiliki Indonesia dengan begitu mudah Indonesia akan takluk dan pasrah menyerahkan alam Indonesia kepada investor-investor asing.
Penjajahan gaya baru, jangan aneh jika undang-undang atau peraturan Indonesia hanyalah hadiah kecil dari Indonesia untuk membuat nyaman para pelaku bisnis asing. Para kapitalis (pemilik modal) terbesarlah yang dapat menguasai dunia dengan mudah. Peran aktif dimainkan oleh Bank Indonesia untuk mengipas-ngipas para investor asing dengan menaik-turunkan suku bunga yang ada di pasaran. Sehingga Bank Indonesia harus telaten melihat keadaan ekonomi agar keuntungan tetap diperoleh oleh para penanam modal asing.
Indonesia hanyalah penghasil undang-undang yang bisa mensejahterakan kemiskinan agar merata dimiliki oleh semua penduduknya, penghasil pejabat terkorup di dunia dengan titel Sarjana-sarjana lulusan luar negeri, negara termiskin meskipun terkaya sumber daya alamnya karena para penguasanya tidak mempunyai mata hati sehingga urusannya hanya mengisi kantong baju sendiri. Sudah cukup sampai di sini ataukah masih ingin berlanjut sampai kita menjadi benua Afrika yang kelaparan sepanjang hari? Seharusnya rakyat Indonesia jangan mau lagi memakai sistem yang hanya bisa membuat jenggot kebakaran dan perut keruyukan. Meninggalkan semua benih-benih kapitalisme dengan antek-anteknya dan mengganti semua sistem dengan sistem yang seharusnya. Yaitu sistem yang diridhai oleh Allah swt, kenapa tidak menggantinya dengan sistem Islam yang sudah terbukti berhasil memberikan rahmat bagi seluruh manusia ??? Allahuakbar!


Sumber :
http://brichana.blogsome.com/2007/11/21/bangkai-busuk-dibalik-janji-manis-pasar-modal/




0 komentar:

Posting Komentar